Sabtu, 25 Desember 2010

Hasta Brata dalam Kepemimpinan Dunia Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pemerintahan dalam memajukan dunia pendidikan merupakan penerapan ilmu yang mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan rakyat akan jasa dan pelayanan, sehingga dapat diterima pada saat dibutuhkan oleh rakyat. Jika kita ilustrasikan kondisi empiris praktek pemerintahan dalam dunia pendidikan dimasa lalu, bahwa didalam birokrasi pemerintahan, jika seseorang setia dan bekerja keras, jabatannya aman, lebih aman lagi jika beberapa faktor psikologis memberikan kontribusi positif.
Sekarang ini hanya keterampilanlah yang menentukan kepastian kerja, orang yang terampil akan meningkatkan nilainya dalam organisasi dan pasar tenaga kerja serta mampu bekerja lebih cerdas dan mampu mewujudkan pikiran-pikiran yang baik dituangkan dalam karya-karya berharga atas dasar kesungguhan dalam mengerjakannya, berpikiran luas, bersikap, serta prestasi yang baik dimulai dengan sasaran-sasaran yang jelas, dan diupayakan dapat meraih kesempurnaan dengan komitmen terhadap peningkatan pribadi yang continue.
Kearifan atau wisdom merupakan solusi mengatasi dinamika masyarakat dengan pluralitas yang tinggi dengan memberikan karakter yang terpuji, tidak mengumbar janji, tidak mementingkan diri atau kelompok, memberikan keteladanan, kehidupan yang beriman dan bertakqwa yaitu kehidupan yang didasarkan pada atau dilandasi pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut secara konsisten dan konsekuen, bekal kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang komprehensif. Hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai nilai-niai dasar sikap seseorang guru.
Kita menyaksikan kondisi empiris lingkungan pendidikan saat ini, antara lain sebagian masyarakat kita kini berubah menjadi masyarakat pemarah, pendengki dan pendendam. Rasa aman di negeri ini terasa pupus, lingkungan pendidikan kita telah kehilangan hati nurani dan bahkan lebih ekstrim hampir telah kehilangan rasa kemanusiaan, dengan melakukan berbagai tindakan yang diluar logika normal manusia. Ironisnya masyarakat justru menikmati dan menggemari berita-berita dan tayangan-tayangan sejenis, mudah curiga terhadap sesama, berperilaku tidak jujur, penyelewengan dan niatan korupsi secara terang terangan. Dulu bangsa ini ramah, penuh senyum dan berjiwa gotong royong.
Krisis multidimensi yang mendera Indonesia dan bermetamorphosis menjadi krisis intelektual dan nurani kemanusiaan dalam dunia pendidikan. Kebiasaan untuk tidak menghargai dan cenderung mencurigai dan membenci mereka yang berbeda dalam segala hal, justru semakin mudah terpicu dan terwujudkan dalam berbagai praktek distruktif dan tindak kekerasan dalam penyelesaian masalah, kemarahan, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Dalam kondisi demikian sangat layak jika pertanyaan yang dapat dilontarkan adalah mana rasa tulus dan ikhlas, mengapa konflik kepentingan mengemuka, mana rasa toleransi kita, dimana rasa tenggang rasa yang kita punyai selama ini, dalam segala hal tumbuh subur paham fanatisme sempit.
Lemahnya kepemimpinan dunia pendidikan dan sekaligus lemahnya kepemimpinan nasional, sebagai akibat dari kekurangsiapan dunia pendidikan dan kepribadian yang tidak tulus ikhlas, sehingga diperlukan ketajaman intuisi untuk memilih pemimpin, yang kita pandang mampu memahami masalah bangsa di daerah pada skala prioritas, yang urgent dan yang important.
Skala prioritas penanganan masalah tersebut, yang perlu ditangani adalah terlebih dulu adalah ; pertama : masalah yang important (penting), adalah masalah yang tidak tampak seperti budi pekerti, keteladanan, hati nurani, watak dan jatidiri, dan kedua : masalah yang urgent (genting) adalah masalah yang tampak misalnya KKN, narkoba yang sudah masuk dalam dunia pendidikan.

Jika prioritas penanganan masalah ini tidak benar-benar memperoleh perhatian yang serius dari kepemimpinan nasional dunia pendidikan, maka tidak tertutup kemungkinan masalah-masalah penting akan bermetamorphosa menjadi masalah-masalah yang genting, seperti masalah identitas diri dan masalah jatidiri. Identitas diri adalah penampilan lahiriah manusia didalamnya termasuk keterampilan pribadi atau personality ethics. Jatidiri adalah pribadi manusia yang sesungguhnya untuk mewujudkan kredibilitas, integritas atau harkat dan martabat seseorang sebagai suatu sifat dasar manusia atau diri yang asli dari Tuhan. Dalam terminology cipta, karsa, karya dan rasa, kita cenderung memberi prioritas pada faktor cipta (pikir), karsa (keinginan/nafsu dan karya (tindakan), sedangkan faktor rasa (hati nurani) masih terpinggirkan.
Menurut para ahli moralis dapat kita kutip bahwa guru yang empati adalah guru yang dapat menyalurkan perasaan kita ke dalam perasaan orang lain, sehingga seseorang yang memiliki kemampuan untuk memancarkan empati, ia akan dapat mendekatkan diri dengan pihak manapun yang membutuhkan empatinya, atau gampang menyatukan diri kedalam gelombang pemikiran dengan penerima empati dan melakukan yang terbaik untuknya.
Kepribadian manusia adalah hasil perpaduan yang didapat dari faktor keturunan yang disebut genetic, yang menghasilkan bakat, kecerdasan dan temperamen yang sulit diubah. Pengalaman yang diserap dari pendidikan, lingkungan dan pengalaman hidup akan menghasilkan pengetahuan, keterampilan dan watak, yang pada dasarnya dapat diubah. Watak inilah yang mendorong sikap dan prilaku seseorang, karena watak dapat diubah menjadi positif atau negatif tergantung pada pengaruh lingkungannya.


BAB II
KAJIANA TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan “Hastabrata”
Etika kepemimpinan dalam dunia pendidikan dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah “Hasta Brata”. Istilah ini diambil dari buku Ramayana karya Yasadipura I yang hidup pada akhir abad ke-18 (1729-1803 M) di keraton Surakarta. Secara etimologis, “hasta” artinya delapan, sedangkan “Brata” artinya langkah. Secara terminologis berarti delapan langkah yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya.
Ajaran tersebut diberikan oleh Rama kepada Wibisana pada saat akan diangkat menjadi raja kerajaan Alengka menggantikan kakandanya, yaitu Prabu Rahwana. Di sini Wibisana disuruh melindungi dan memulihkan kesejahteraan Kerajaan Alengka yang telah hancur karena perbuatan prabu Rahwana. Teks Ajaran Asta Brata terdapat dalam Pupuh LXXVII PANGKUR, Dan Pupuh LXXVIII Mijil. Dalam menjalankan pemerintahan di Kerajaan Alengka tersebut Wibisana dinasehatkan agar mencotoh kebajikan delapan dewa, yaitu Dewa Indra, Dewa Surya, Dewa Bayu, Dewa Kuwera, Dewa Baruna, Dewa Yama, Dewa Candra, dan Dewa Brama.
Negara merupakan tatanan demokrasi untuk mencapai tujuan negara, tata tentrem kerta raharja, yaitu negara yang teratur, aman, tenteram, adil, makmur, dan sejahtera. Kepemimpinan dalam dunia pendidikan lebih tepat jika menggunakan pendekatan dan warisan budaya leluhur yang dikenal dengan “Hastabrata”. Merupakan ajaran kepemimpinan berdasarkan makna dan sifat perilaku yang dilambangkan di dalam simbol-simbol alam dan filosofi Jawa. Bagaimana bersikap yang baik bagi seseorang pemimpin untuk mencapai tujuan nasional melalaui dunia pendidikan yang Tata Tenteram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi :
1) Surya, yaitu matahari; senantiasa memancar untuk menumbuh kembangkan gaya hidup rakyat.
2) Candra, yaitu bulan; sifat cahaya bulan, yang lembut pada kegelapan malam, menyentuh hati dan menumbuhkan semangat serta membangkitkan harapan.
3) Kartika, yaitu bintang; jadi pedoman arah dan perjalanan serta dapat memberi keteladanan yang baik.
4) Angkasa, yaitu langit; sifat langit luas, tidak terbatas dan dapat menampung apa saja yang datang, terbuka, mengendalikan diri, sabar, dan mendengar semua keluhan rakyat.
5) Dahana, yaitu api; memiliki kemampuan dahsyat yang bisa menghancurkan, berwibawa, tegas dan berani, menegakkan kebenaran dan keadilan dalam masyarakat, Bangsa dan Negara.
6) Maruta, yaitu angin; sifat angin selalu ada dimana-mana saja, selalu dekat dengan rakyat, memahami dan menyerap serta melaksanakan aspirasi dan harapan rakyat maupun kehendak rakyat
7) Samudra, yaitu laut; sifat laut luas dan dalam, yang selalu mempunyai permukaan rata dan sejuk, mampu, arif, bijaksana, adil dan memberikan kasih sayang kepada rakyat
8) Kismo (Bumi), yaitu tanah; sifat tanah selalu bermurah hati, memberikan hasil kepada siapa saja yang mengolah dan memilikinya. Mampu bersikap teguh, bermurah hati, selalu berusaha melaksanakan, tidak mengecewakan kepercayaan rakyat.


B. Model Hastabrata dalam Kepemimpinan Dunia Pendidikan
Nilai filosofi yang terkandung dalam serat Rama yang dilukiskan sebagai hasta brata dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan karena mengandung nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan fleksibel. Dalam kesempatan ini kami mencoba menjabarkan sifat-sifat hasta brata dunia pendidikan. Sikap guru yang profesional agar dapat memajukan dunia pendidikan harus mempunyai kepribadian dan etika sebagai berikut :

1. Sifat Matahari
Matahari sebagai sentral peredaran tata surya dan sebagai pedoman arah pancarannya memberikan kehidupan bagi semua makhluk hidup. Dikala tenggelam maka digantikan oleh bulan yang pada hakekatnya adalah sebuah planet yang memancarkan/memantulkan sinar matahari. Profil pemimpin bertindak sebagai koordinator dan penentu kebijakan sentral di tingkat lokal (Sekolah) artinya mempunyai tanggung jawab yang tinggi dan sebagai sebagai pedoman penentu kebijakan laksana matahari.

2. Sifat Bulan
Bulan bersifat redup dan syahdu, kehadirannya selalu dinantikan terutama saat purnama. Bulan memiliki fase atau fungsi yang mempengaruhi gaya gravitasi bumi yang selalu berubah tergantung pada posisinya, kadang gravitasi tinggi, terkadang rendah. Kehadiran pimpinan dalam dunia pendidikan hendaknya menjadi sesuatu yang dinantikan karena sifat-sifat yang bijaksana membuat para staf/karyawan/siswa menjadi nyaman dan tenang yang digambarkan dengan bulan yang syahdu dan redup. Pada fase tertentu, sifat bulan ini menggambarkan perjalanan karier sesorang.

3. Sifat Kartika (Bintang)
Bintang sebagai pedoman arah bagi para nelayan dalam menentukan arah kapalnya. Bintang juga dapat dipedomani oleh para petani dalam menentukan musim tanam. Pimpinan dunia pendidikan dalam menjalankan kegiatannya dapat menjabarkan secara operasional, strategi kegiatan, kebijakan pengembangan program sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Pimpinana dunia pendidikan harus dapat menentukan pedoman prioritas program yang akan dilaksanakan oleh para kepal dinas pendidikan, guru, karyawan, bahkan siswa sekalipun di wilayahnya.

4. Sifat Bumi
Sifat bagi pimpinana dunia pendidikan di lukiskan sebagai sifat yang sabar dan lembut, menerima segala masukan, tidak pemarah, tidak menuntut, ikhlas, membalas kebaikan dan pemaaf, sebagaimana bumi tempat berpijak, tempat menampung segala pernik yang ada di dunia ini.

5. Sifat Air
Air adalah benda yang selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup. Air bagian terbesar dari bumi, selalu mengisi tempat yang rendah dan mengikuti wadah dimana ia berada. Permukaan air selalu rata, pemimipin selalu dibutuhkan dalam suatu organisasi, demikian juga dengan dunia pendidikan untuk mengatur dan mengkoordinasikan tugas-tugas pokoknya. Orientasi kepemimpinan dalam sifat air ini adalah rendah hati, dapat memberikan dikala dibutuhkan, dan bersifat adil serta merata.
6. Sifat Angin
Angin merupakan udara yang bergerak. Pimpinan harus mempunyai sifat yang dinamis, selalu bergerak, selalu megikuti dinamika masyarakat, tanggap terhadap permasalahan yang timbul di dalam masyarakat. Tidak harus bidang kesehatan saja, melainkan masalah yang meliputi aspek pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan budaya yang turut mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap derajat pendidikan masyarakat.

7. Sifat Api
Api bersifat membakar dan memanaskan. Api mampu menghanguskan apa saja. Implementasinya seorang pemimpin harus dapat menggelorakan dan membakar semangat bawahannya dan masyarakat dalam mendukung garis kebijakan pendidikan.

8. Sifat Samudera
Samudera bersifat luas dan merupakan muara dari sungai-sungai. Pemimpin harus berwawasan luas dan dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul di lingkungan kerjanya maupun di masyarakat luas, karena seorang pemimpin merupakan pemimpin formal maupun informal di masyarakat yang dianggap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang luas secara sosial. Hal ini umumnya pemimpin atau guru yang berada di pedesaan.

BAB III
KESIMPULAN

Karya sastra jawa pada masa lalu memiliki kandungan nilai-nilai luhur yang sangat universal dan fleksibel. Dengan demikian nilai-nilai luhur tersebut masih berlaku untuk kurun waktu yang panjang dalam dunia pendidikan yang berbeda dari waktu ke waktu pada waktu yang sudah diciptakan. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih dapat diterapkan sebagai landasan budaya untuk mengilhami ide-ide atau konsep dalam berbagai bidang kehidupan.
Penerapan sifat-sifat hastabrata pada kepemimpinan dalam dunia pendidikan ternyata sangat relevan dengan tuntutan teori-teori kepemimpinan moderen. Jadi yang namanya tradisional itu tidak semuanya jelek atau ketinggalan zaman. Apalagi kita sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai budaya tradisional terutama didaerah pedesaan dimana masyarakat masih menjunjung tinggi nilai budaya mereka.
Dunia pendidikan (sekolah) merupakan ujung tombak pelayanan masyarakat tingkat pertama yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan pendidikan secara menyeluruh dan terpadu bagi masyarakat yang tinggal disuatu wilayah tertentu. Kegiatan tidak akan berhasil apabila tidak dipimpin oleh seorang pemimpin yang memilki kemampuan tinggi, baik kemampuan manajerial konseptual, kemampuan yang bersifat teknis operasional maupun yang bersifat HAM (Hubungan Antara Manusia-Human Relation Ship), karena sumber daya manusia adalah sumber daya utama suatu organisasi.
Agar dapat mengembangkan kemampuan hubungan antara manusia, seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang mulia, diantaranya sifat yang dijabarkan pada hastabrata. Sifat-sifat tersebut harus diwujudkan dalam setiap perkataan, sikap dan prilaku. Karena jika hanya disampaikan dalam bentuk petuah tanpa mewujudkan dalam sikap dan prilaku maka usaha itu tidak akan menunjukkan hasil yang memuaskan. Sebagai akhir kata, mengutip sebuah pepatah lama yang berisi nilai budaya bangsa yang patut dijadikan renungan “ Sesekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak percaya”, artinya dalam praktek kehidupan terutama dalam hal yang berhubungan dengan nilai budaya diperlukan kesatuan kata dengan perbuatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ryan-elins.web.ugm.ac.id Powered by Joomla! Generated: 11 July, 2008, 09:19

Hasta Brata, Filosofi Kepemimpinan Jawa
10 Juli 2008 at 11:27 pm | In Sharing

Tentang Hasta Brata
Jun 11, '08 8:54 AM
for everyone
nasional_list] || [Date Prev] [06-2006 Date Index] [Date Next] || [Thread Prev] [06-2006 Thread Index] [Thread Next]
[nasional_list] [ppiindia] Kepemimpinan Hasta brata
• From: "Listy"
• To: "Ppiindia \(E-mail\)"
• Date: Fri, 9 Jun 2006 09:50:39 +0700

Kepemimpinan Tradisional Puskesmas
Oleh: Haryadi Suparto dan Rukmini
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan Surabaya

Hasta Brata
Contributed by Ryan
Friday, 04 January 2008
Last Updated Friday, 04 January 2008

Kamis, 23 Desember 2010

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • Riwayat Pendidikan:
  1. 1977 - 1983 SD Negeri 1 Purwodadi Tonjong Kec. Tonjong Kab. Brebes Jawa Tengah
  2. 1983 - 1986 SMP Negeri 1 Tonjong Kec. Tonjong Kab. Brebes Jawa Tengah
  3. 1986 - 1989 SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng Jurusan Fisika Kec. Cukir Kab. Jombang Jawa Timur
  4. 1990 - 1996 IKIP Yogyakarta Jurusan Pendidikan Fisika
  5. 2006             Bea Siswa Bimbingan PTK On Line dari Jakarta.
  6. 2008 - 2009 Bea Siswa Pendidikan Sertifikasi 1 Tahun di Unnes Semarang Kawa Tengah.
  7. 2008 - 2010 UMS Surakarta Jurusan Magister Pendidikan Surakarta Solo Jawa Tengah
  • Riwayat Pekerjaan:
  1. 1989 - 1990 Guru Madrasah Ibtidaiyah Babus Salam Desa Pepedan Kec. Tonjong Kab. Brebes Jawa Tengah, Mata Pelajaran: Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Olah Raga.
  2. 1989 - 1990 Guru Madrasah Diniyah Desa Pesanggrahan Purwodadi Kec. Tonjong Kab. Brebes Jawa Tengah, Mata Pelajaran: Bahasa Arab, Imla, dan Tajwid.
  3. 1996 - 1997 Guru SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto Jawa Tengah, Mata pelajaran: IPA Fisika.
  4. 1997 - 2003 Guru SMP Negeri 1 Ciwaringin Kab. Cirebon Jawa Barat, Mata Pelajaran: IPA Fisika dan Matematika.
  5. 2004 - Skg Guru SMP Gunung Jati 1 Kab. Cirebon Jawa Barat, Mata Pelajaran: IPA